BIDIKMISI GERBANG
MENCAPAI IMPIANKU
Benarkah ini ???
Itulah kalimat pertama yang terlontar
dari bibirku ketika pertama kali aku berjumpa dengan si Bidik Misi ini. Naïf
memang…namun itulaj yang ku alami saat itu.
Kuliah adalah impianku dan ku yakin
juga merupakan impian setiap orang yang akan menamatkan SMA/SMK/MAN nya. Siapa
yang tidak senang melanjutkan studinya ? siapa yang tidak girang mendapat ilmu,
teman baru, menjadi yahhh menjadi seorang MAHASIWA kawannnn, MAHASISWA….siapa
yang tak senang?
setiap kali aku berbicara dengan
teman-temanku tentang kuliah selau saja tersirat satu kalimat dalam benakku
“bisakah aku ?”, selama itu ketika teman-temanku menanyakan tentang kemana aku
setelah ini, kuliah dimana, jurusan apa, dan masih banyak rentetan pertanyaan
lainnya yang membuatku sedih tapi demi melegakan hatiku (setidaknya bisa
mengalihkan sedihku) aku selalu mengatakan ini itu ini itu, yappp itulah cara
ku saat itu.
Tapi itu hanya impian, begitulah kata
ku saat itu, satu sisi aku ingin sekali kuliah tapi taukah kawan setiap kali
hasrat yang menggebu gebu itu datang, selalu saja dipatahkan oleh
pertanyaan-pertanyaan yang seolah olah selalu siap menghancurkan keinginaku itu
:
Apakah aku bisa melanjutkan studiku ?
Apakah aku bisa mempunyai impian itu ?
Apakah orantuaku mengizinkan ku ?
Apakah aku ? apakah apakah….dan berbagai
pertanyaan mengerikan yang terus bermunculan begitu saja. Dan aku tak mau
membiarkan hatiku terus bertanya hingga akhirnya aku beranikan diri untuk
berdiskusi dengan orangtuaku, dan jawaban mereka seperti yang kutebak,
orangtuaku mendukungku untuk kuliah. Tentu aku senang bukan main tapi itu hanya
sesaat kawan, kegirangan ku tentang impian yang sebentar lagi akan terwujud
harus hancur berkeping-keping saat aku tidak sengaja mendengar pertengkaran
orangtuaku yang pusing memikirkan bagaimana caranya aku agar dapat kuliah.
Ya Allah….saat itu pula aku baru sadar
bahwa impianku adalah malapetaka untukku, aku tidak pernah melihat orangtuaku
seperti itu hingga saat aku menceritakan keinginanku, aku melihat mereka
begitu….begitu….kesusahan. aku benci diriku saat itu, aku muak dengan semuanya,
aku sangat sangat benci. Taukah kawan…permasalahanku tidak banyak namun hanya
satu “UANG” yahhh benda yang dipanggil manusia dengan sebutan uang, benda kecil
yang berdampak besar bagi dunia, benda biasa yang dipuja oleh manusia, benda
kecil berbentuk kertas tak ada gunanya yang acapkali membuat manusia menjadi
serakah olehnya dan yang paling menyedihkan ku benda itu telah menghancurkan
impian besarku.
UANG….UANG…UANG
KENAPA AKU TIDAK PUNYA UANG
KENAPA HARUS UANG, KENAPA KENAPA
Itulah yang terngiang dalam benakku
kawan.
Dan pada suatu hari sebelum UAN, Pembina OSIS ku
menyerahkan setumpuk undangan perguruan tinggi untukku dan beberapa temanku
yang lainnya untuk kami pilih menjadi tempat menimba ilmu selanjutnya setelah
lulus nanti. Aku tidak mengannggap hal ini luar biasa, sementara teman-temanku
kegirangan bukan main ( disekolah kami hanya orang-orang pilihan yang bisa
mendapatkan undangan ini ), jujur…hatiku sebenarnya begitu senang dan aku
sendiri tidak bisa mengalihkannya begitu saja tapi akub tau sebenarnya undangan
ini hanya undangan bebas masuk perguruan tinggi saja bukan bebas dana. Hinnga
pada waktu lainnya aku dipanggil sendiri oleh Pembina OSIS ku untuk menemui
beliau, aku datang dan beliau mengatakan bahwa ada undangan yang baru diterima
dan hanya untuk lima orang karena kami mempunyai lima jurusan disana, dari
jurusan akuntansi akulah yang terpilih untuk menerima undangan tersebut, aku
belum tau banyak tentang undangan itu hingga beliau menjelaskan bahwa ini
adalah undangan beasiswa penuh dan aku tidak perlu memikirkan dana apapun yang
harus kubayar karena memang ini beasiswa penuh jika aku lulus di perguruan
tinggi itu. Taukah kawan bagaimana ekspresi ku saat itu…terdiam terpaku dan
tertegun hampir setengah jam lamanya.
Aku senang, tentu kurasakan !! dan
ketika kulihat batas penerimaan administrasi hanya sehari lagi aku terkejut
(masalah terbesar sekolahku adalah
selalu telat menerima informasi) dan bergegas mengumpulkan semua persyaratan
yang diminta bersama 4 temanku yang lain. Esok harinya setelah semua selesai
aku dan temanku datang kesekolah untuk menyerahkan kepada Pembina OSISku
(sebelumnya beliau mengatakan akan mengembalikan sendiri) namun ternyata beliau
harus menghadiri acara dan itu sangat penting. Beliau menyuruh kami untuk
mengantarkan sendiri dan kedua temanku langsung pergi dengan kendaraan
pribadinya, namu kami bertiga ? (saat itu jujur aku bingung karena aku tidak
punya ongkos untuk kesana, hanya 2000…bisa pergi tidak bisa pulang, bagaimana
ini ? ngutang sama teman tidak mungkin karena mereka sama kerenya denga aku,
akhirnya kuberanikan diri untuk mengatakan pada Pembina OSISku bahwa aku tidak
punya cukup uang, akhirnya beliau memberikan 15000 untuk kami berangkat),
setelah tiba disana semua temanku satu persatu menyerahkan berkas itu hingga
tiba giliranku dan diperiksa…ternyata ada yang kurang yaitu tanda tangan kepala
desa di rekening listrik rumahku, aku mulai berpikir jika aku kembali butuh
waktu 40 menit dan harus mencari lurah yang aku sendiri tidak tau dimana,
kalaupun aku mendapatkannnya aku harus kembali lagi sekitar 40 menit lagi belum
lagi harus 2 kali naik angkutan umum dan yang parahnya pihak akademik di
perguruan tinggi hanya akan menunggu sampai pukul 15.oo wib sementara sekarang
sudah pukul 14.00 wib. Aku tidak tau harus bagaimana, semuanya buntu. Akhirnya
ada seorang staff akademik mendatangiku dan mengatakan bahwa aku bisa kembali
esok hari sebelum pukul 12.00 wib. Alhamdulillah, terimakasih ya Allah engkau
menolong hamba, begitulah perasaan ku saat itu.
Keesokan harinya aku meminta tolong
orangtuaku untuk mengantarkannya karena keadaan fisikku sedang tidak
bersahabat, maka langsung saja orangtuaku pergi kesana dan Alhamdulillah berkas
administrasi itu sudah diletakkan bersama calon penerima beasiswa lainnya.
Perjuanganku belum berakhir, hingga tiba saatnya untuk mengikuti tes tulisan
dan lisan, aku datang terlambat saat itu karena ini adalah kedua kalinya aku
datang kekampus Politeknik Negeri Lhokseumawe untuk hal itu bedanya sekarang
aku sendirian dan itu membuatku takut (jujur aku bisa dibilang anak rumahan
yang jarang keluar kalau bukan untuk hal penting menurutku). Sampai disana
mereka bahkan sudah menjawab sekitar 20 soal tanpa berpikir lagi aku duduk dan
langsung mengisi jawaban-jawaban itu tanpa melirk kemana-mana.
Hari demi hari berlalu hingga tibalah
sebuah surat datang ke sekolahku, surat yang ku tunggu, surat yang
teman-temanku tunggu, surat yang menjadi titik awal masa depanku, surat yang
bagiku begitu berharga. Kami dipanggil dan selanjutnya ??? Alhamdulillah,
terimakasih ya Allah, Allahu akbar…aku diterima aku diterima aku lulus,
benarkah ini berkali-kali kubaca dan benar itu nama ku, nama ku ada disana.
Itulah awal kisah perjuangan ku
menapaki impian untuk kuliah tanpa membuat orantuaku susah, tanpa membuat
orangtuaku kesulitan. Akhirnya aku kuliah akhirnya aku bisa melanjutkan
studiku.
Tulisan ini mungkin biasa saja, tidak
ada hal yang istimewa tapi aku menulis hal ini setidaknya untuk selalu
mengingatkan aku bahwa hari itu adalah hari terwujudnya satu impian besarku,
hari dimana awal perjuanganku kelak untuk terus berusaha.
Terimakasih Ya Allah !!!
Terimakasih
Bidik Misi…GERBANG AWAL PENCAPAIANKU !!!
1 komentar:
kisah yang ok...
ingat, udah dapat segitu banyak rahmat artinya agus hrus bisa lebih baik-baik-baik lagi yaa :)
Posting Komentar